Semester terberat selama dia kuliah. Menghadapi makul-makul
yang berhubungan langsung dengan skripsi dan ngajar, mendapat dosbing, wajib hitam
putih waktu hari Jum’at, deadline tugas di hari Senin, jadi koor di acara
prodi, ngerjain progja baru di ukm, sampai tuntutan kangen dari berbagai pihak
yang berharap dia pulang kampung setiap weekend. Tapi dia tahu, semua itu akan
terasa ringan apabila dihadapi bukan malah curhat gini apalagi ngeluh. Ditambah,
dia agak keteteran mengatur keuangan beberapa bulan ini. Entah apa yang menjadi
pengeluaran terbesarnya, yang pasti hampir tiap tengah bulan, jatah bulanannya
sudah tidak mencukupi hingga akhir. Akhirnya, dia memilih menghemat dalam porsi
yang hampir menyentuh kata “over”. Dimana tiap dua kali seminggu menjelang
akhir bulan, dia terpaksa harus mengikuti pola anak kost akhir bulan untuk
makan mie instan. Selama Papa-Mama gak tahu, mungkin hal itu aman dilakukan.
Mari kita kupas satu persatu permasalahan Shall semester ini. Yang pertama, dia harus wajib pake banget ngehadepin makul yang punya hubungan langsung sama ngajar (microteaching, evabel, telkur) dan skripsi (sds). Empat makul yang menandakan kalo dia sudah siap enggak siap harus menjalani hidup di semester tertua yang masih aktif kuliah yang sekarang udah punya dua adek tingkat yang manggil “senpai”.
Yang kedua, mendapat dosbing. Yang bagian ini, berkat do’a tiap kali puasa senin/kamis, dia mendapat dosbing sesuai do’a yang dia panjatkan. Dosbing satu itu koor prodinya yang sekarang, yang dulu pas Shall jadi ketua di organisasi prodi, beliau lah dosen pertama yang paling loveable banget. Beliau dosen pertama yang belum pernah mengajar Shall sebelumnya, tapi langsung bisa diajak kompromi selama Shall menjadi ketua. Sedangkan dosbing Shall yang kedua itu dosen pengampu makul SDS (seminar desain skripsi) Shall, dimana beliau adalah dosen cowok yang pastinya simple, punya gagasan unik, susah banget buat bisa ngebales argumen beliau namun beliau sangat humoris.
Yang ketiga, wajib hitam putih tiap Jum’at. Ini memang tuntutan dia mau jadi sensei, ya dia harus siap pakai hitam putih plus pantofel untuk mengikuti kuliah microteaching. Jadi dia disiapkan menjadi sensei untuk mulai mengajar di semester 7. Hal yang sudah ditunggu semenjak dia memilih kuliah di tempat itu. Padahal waktu masih menjadi kouhai, dia sering sekali menertawakan senpaitachi yang dulu microteaching, akibatnya giliran dia mendapatkannya juga karena dia terlihat aneh mengenakan pakaian tersebut ditambah pantofel nya.
Yang keempat, deadline tugas di hari Senin. Paling ngenest
diantara hal yang harus dia hadapi selama semester 6. Ada sekitar 4 makul yang
dengan pastinya ngasih deadline tugas di hari Senin. Sakubun dengan karangan
yang punya tema aneh-aneh, SDS dengan perkembangan nasib proposal skripsi,
Dokkai dengan ringkasan bacaan yang sudah dibaca sebelumnya dan Bunpo dimana
dia harus mengerjakan materi yang baru akan diajarkan minggu berikutnya. Mungkin
ini yang sering disebut Monday haters. FYI aja, Monday dalam penulisan bahasa
Jepang, Mondai itu artinya masalah. Mungkin itulah kenapa banyak orang kurang
menyukai hari Senin.
Yang kelima, jadi koor di acara prodi. Dia mendapat amanah menjadi koor keamanan di acara tahunan prodinya. Seneng enggak seneng sih sebenernya. Senengnya, tugas di seksi tersebut tidak terlalu banyak dan cukup mudah. Namun, dia berharap tidak di seksi tersebut. Dia tipe orang yang suka mengerjakan tugas yang berhubungan dengan ketelitian bukan tentang penjagaan atau sejenisnya. Tapi apa daya, keputusan bersama sudah diambil, tinggal menikmati saja sebenernya. Untungnya, dia mendapatkan anggota yang bisa diandalkan.
Yang ke enam, ngerjain progja baru di ukm yang amat menyita waktu. Progja ini cukup berat dikarenakan harus membuat teks iklan, record dan editing. Walaupun itu sudah dibantu banyak orang, sampai batas pengumpulan, masih saja belum selesai. Mungkin karena baru dan jumlahnya cukup banyak, hal ini yang membuat Shall dan teman-teman se divisinya hampir tiap malam terpapar sinar yang dihasilkan oleh monitor dan udara dingin AC. Tiap malam dalam kurun waktu hampir satu bulan ini, hanya itu yang bisa dilakukan mereka. Alhasil, deadline lewat, tapi masih banyak yang belum acc.
Yang ketujuh, tuntutan kangen dari berbagai pihak yang berharap dia pulang kampung setiap weekend. Ini yang bikin galau to the max. Pulang, kok males nempuh perjalanan 2 jam, kagak pulang, kok hari liburnya banyak, duit nipis pula. Sekalinya pulang, kerjaan rumah (nyuci baju maupun piring), numpuk dan dilimpahin ke dia semua, terus malah kerjaan kuliah a.k.a tugas gak kesentuh sama sekali kalo misal harus pulang.
Yang terakhir, yang paling bikin makin nyesek, hape, alat
komunikasi paling penting saat ini, awalnya touchsreen nya gak mau peka, terus
keadaan terakhirnya tuh hape mleker or retak dibagian pojok kanan atasnya. Kayak
patah hati gitu rasanya. Jadi, yang mau nyari Shall, harus banget sms.
Dari penjabaran diatas, sudah dipastikan kalo Shall benar-benar dalam keadaan “stress”, so, dia butuh banget moodbooster yang pasti bisa bikin mood dia stabil. Ayo, yang ngerasa bisa jadi moodbooster Shall, silahkan merapat J